Pandemi Gerus Ekonomi Lebih Dalam, Antisipasi Perubahan Siklus Pertumbuhan

Dilansir dari laman duniaindustri.com, Efek pandemi Covid-19 yang terus berlangsung selama kurang lebih 6 bulan terakhir ternyata menggerus ekonomi global lebih dalam dari perkiraan awal. Demikian juga yang terjadi di Indonesia.

Pemerintah Indonesia bahkan telah merevisi ke bawah perkiraan untuk pertumbuhan ekonomi pada 2020 akan lebih rendah. Dengan demikian, harapan suramkah masa depan? Bagaimana untuk mengantisipasi pelaku industri?

Dalam era pembatasan sosial skala besar (PSBB) yang mencegah interaksi fisik untuk mengekang penyebaran virus besar Covid-19, perekonomian sangat shock. Dampaknya cukup mengejutkan, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2020 turun di bawah 5,32 persen (yoy ).

Baca Juga : Cara Merawat Mesin Industri Yang Baik Dan Benar

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengakui tekanan pada kuartal kedua adalah sangat mendalam. Oleh karena itu, ia mengatakan, pemerintah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2020 dari asli dari urutan kurang dari 0,4 persen menjadi lebih dari 2,3 persen menjadi kurang dari 1,1 persen untuk lebih 0,2 persen.

“Perkiraan terakhir yang kita lakukan sesudah melihat realisasi kuartal II dan angka pada Juli maka kita perkirakan untuk pertumbuhan 2020, range-nya ada di minus 1,1 persen hingga 0,2 persen,” katanya.

Sri Mulyani mengatakan penurunan proyeksi tersebut dilakukan dengan melihat realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun ini yang terkontraksi hingga 5,32 persen (yoy). “Artinya, melewati sedikit untuk negatif atau mendekati nol, karena kita melihat bahwa tekanan pada kuartal kedua sangat dalam,” katanya.

Sri Mulyani mengatakan kontraksi yang sangat dalam pada kuartal kedua 2020 telah memperingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam 19 Covid menahan guncangan sehingga kuartal ketiga dan keempat akan dikelola dengan baik.

“Faktor-faktor yang mendorong kuartal ketiga harus dikejar ketat. tidak hanya oleh pemerintah, meskipun pemerintah adalah peran utama dalam pemulihan ekonomi”, katanya.

Dia menjelaskan bahwa proyeksi ini didasarkan pada perkiraan pertumbuhan konsumsi rumah tangga cukup dalam tahun ini dari kurang dari 1,3 persen dan tidak meningkat atau nol persen. Sementara konsumsi pemerintah tahun ini akan tumbuh sebesar 2 persen menjadi 4 persen.

Baca Juga : Ini dia Alat Pengukur Kemiringan Tanah Yang Mungkin Belum Kamu Ketahui

Untuk pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi juga harus tetap di kisaran area negatif antara minus 4,2 persen menjadi minus 2,6 persen. Prediksi ini kemudian ekspor dan impor telah mengalami tekanan masih di zona negatif dengan kurang dari 5,6 persen menjadi kurang dari 4,4 persen untuk ekspor dan 10,5 persen lebih sedikit dalam 8,4 persen untuk impor. “Tentu saja kita akan melihat terutama untuk realisasi kuartal ketiga untuk melihat proyeksi 2020,” katanya.

Meskipun penuh dengan proyeksi gelap dan ketidakpastian, beberapa sentimen positif masih mampu memicu optimisme sebelumnya. Menyoroti sejumlah perasaan positif dari para pemain yang diamati dalam industri. Baik berita yang terkait dengan vaksin Covid-19 dalam perasaan positif pertama yang harus diikuti. Selain itu, berbagai langkah stimulus pemerintah, seperti gaji 13 bulan dengan tingkat pejabat dan bantuan sosial diperpanjang juga bisa merangsang ekonomi untuk masa depan jika tepat sasaran.

Kami menilai potret suram akibat Covid-19 memang membuat miris hampir seluruh sektor industri dan memberikan dampak berantai yang tidak kecil. Meski demikian, kekuatan ekonomi domestik masih harus diperjuangkan oleh pelaku industri dalam negeri agar mampu mengisi market demand dalam negeri, dan tidak membiarkan produk impor makin merajai negeri ini.

Baca Lainnya : Tahukah Kamu Sensor Ada Banyak Sensor Yang Terdapat Pada Ponse Pintarmu? Simak Artikel Berikut Ini

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started